Oerip Soemohardjo
Berbicara sejarah Militer Indonesia tentu tidak lengkap rasanya apabila kita tidak membahas mengenai Oerip Soemohardjo. Seorang tokoh pendiri militer Indonesia. Ia dikenal juga sebagai Bapak TNI bersama Jenderal Soedirman. Ia yang merupakan seorang tokoh yang sangat menganjurkan kepada pemerintah Soekarno dan Hatta untuk segera membentuk badan ketentaraan dengan kata- kata cukup terkenal “ Aneh Suatu Negara Zonder Tentara” sebuah kalimat yang mengisyaratkan bahwa Indonesia harus segera memiliki tentara setelah merdeka.
Berikut ini akan diuraikan mengenai jejak Oerip
Soemohardjo dari mulai masa muda, masa berdinas di KNIL hingga masa Indonesia
merdeka dan ketika ia menjabat sebagai kepala Staf Umum TKR.
Masa
Muda
Oerip lahir di Purworejo pada 23 Februari 1893[1]
dengan nama kecil Muhammad Sidik. Sejak muda ia dikenal sebagai pemuda yang
disiplin. Ia kemudian memasuki sekolah Pamong Praja ( OSVIA) yang berada di
Magelang namun hal ini hanya dijalani sebentar karena ia kemudian berubah minat
ingin menjadi seorang tentara. Pada tahun 1910 Oerip mendaftar dan masuk pada
sekolah Militer KNIL di Meester Cornelis atau yang lebih dikenal dengan Inlandsche Officeren School ( Sekolah
Opsir Pribumi). Sekolah ini diperuntukan untuk mencetak seorang perwira di
Hindia- Belanda. Lembaga pendidikan ini mulai berdiri sejak 1852 namun baru
abad ke-20 orang- orang pribumi boleh memasuki sekolah ini.[2]
Orang- orang pribumi yang memasuki sekolah ini juga harus
memenuhi beberapa pesyaratan salah satunya adalah memiliki ijazah MULO dan HBS
serta lulusan dari OSVIA. Oerip termasuk salah satu dari lulusan OSVIA sehingga
dengan mudah dapat mendaftar pada sekolah militer Meester Cornelis. Sekolah ini
mendidik para kadetnya selama 3 tahun setelah itu ada pendidikan lanjutan untuk
para perwira yang telah lulus agar statusnya sama dengan lulusan KMA Breda. Pada
tahun pertama para kadet diajarkan baris berbaris, olahraga fisik, hingga
menembak dengan kualifikasi senapan dan pistol. Tahun kedua diajari taktik pertempuran
dan tahun ketiga adalah ujian akhir dari seluruh pelajaran jika berhasil mereka
akan dinyatakan lulus. Pada 24 Oktober 1914, Oerip Soemohardjo, Sugondo dan
Bagus Sudjono lulus dari sekolah militer ini dan kemudian Oerip menyandang
pangkat Letnan Dua[3].
Masa
Hindia- Belanda 1916- 1942
Setelah Oerip menjadi Letnan Dua, ia ditugaskan di luar
Pulau Jawa tepatnya di Banjarmasin. Bagi Oerip hal ini bukan masalah karena ia
memang seseorang yang suka berpetualang. Pada saat bertugas di Banjarmasin inilah Oerip
menentang diskriminasi yang ada dalam kalangan tentara KNIL. Salah satunya
adalah dengan melarang sebuah muntik
(kereta api kecil) untuk beroperasi di Banjarmasin. Hal ini dikarenakan ada
sebuah peraturan bahwa orang- orang pribumi jika akan berpergian tidak boleh
menaiki muntik tersebut[4].
Akibat dari peraturan rasis tersebut, kemudian Oerip mengambil tindakan dengan
melarang muntik tersebut beroperasi sampai ada ketentuan bahwa peraturan rasis
tadi dicabut. Serdadu KNIL Belanda kemudian memperotes tindakan Oerip bahkan
banyak juga petinggi Oerip yang memprotes tindakan tersebut. Namun Oerip tidak
bergeming dengan keptusan tersebut dan sebagai komandan, justru telah meraih
simpati dikalangan prajurit KNIL pribumi bahkan tindakannya ini didukung oleh
Kementerian peperangan Hindia- Belanda di Bandung.
Kejadian kedua adalah pada saat perayaan ulang tahun Ratu
Belanda pada 31 Agustus dimana setiap perwira berhak mengunjungi Kamar Bola (Perkumpulan
para perwira yang ada di asrama militer) pada saat itu atasan Oerip tidak
melihat Oerip dalam kamar Bola dan ketika ditanya Oerip hanya menjawab bahwa
saya bukanlah seorang anggota kamar Bola karena hanya orang Eropa yang boleh
menjadi anggota. Masalah itu kemudian ditindaklanjuti perwira tersebut kemudian
memarahi para senior Oerip karena masih menganut diskriminasi abad 19 dan
kembali Oerip meraih simpati dari kalangan prajurit KNIL Pribumi[5].
Dari 2 kejadian itu dapat disimpulkan bahwa Oerip
Soemohardjo semasa berdinas sebagai perwira KNIL telah menunjukan
sifat-sifatnya yang berbeda dimana ia sebagai perwira KNIL pribumi telah mampu
menentang ras diskriminasi dalam tubuh KNIL bahkan bagi beberapa prjaurit KNIL
pribumi Oerip dianggap sebagai pahlawan karena mampu membela kepentingan
mereka.
Masa
Pendudukan Jepang 1942-1945
Pada masa ini, Oerip menghindar dari kerja sama dengan pemerintahan
militer Jepang. Pada masa ini pula Oerip menjalani hidup sebagai masyarkat
biasa dengan tinggal di Kampung Getaran Utara Yogyakarta. Pada masa pendudukan
Jepang, Oerip sering didatangi oleh mantan perwira KNIL salah satunya adalah
A.H. Nasution. Baik Oerip maupun Nasution sering memperbincangkan masalah
kedatangan pendudukan Jepang ke Indonesia.sebagai seorang Jawa,Oerip sangat mempercayai
ramalan Joyoboyo bahwa pendudukan militer Jepang di Indonesia tidak akan
berumur panjang dan Indonesia akan meraih kemerdekaannya. Sementara itu,
apabila Indonesia telah merdeka maka Indonesia harus segera memiliki militer
yang kuat, solid dan profesional untuk melindungi bangsanya dari ancaman dalam
negeri maupun luar negeri.
Masa
Indonesia Merdeka 1945- 1948
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17
Agustus 1945, kebutuhan akan adanya sebuah tentara untuk melindungi bangsa yang
baru merdeka sangat diperlukan. Untuk itu presiden Soekarno mengeluarkan
maklumat pembentukan tentara pada 5 Oktober 1945. Setelah itu Soekarno
menugaskan Oerip sebagai Kepala Staf TKR untuk menyusun organisasi TKR dan
menata organisasi yang baru berdiri. Sebagai kepala staf TKR, Oerip kemudian
menyusun beberapa struktur penting dalam militer Indonesia antara lain :
1)
Membentuk
Markas Besar tentara di Yogyakarta dengan pimpinan terdiri atas Staf Umum
Markas Besar Tentara
2)
Membentuk
Komandemen militer pada setiap daerah di Indonesia. Komanndemen yang telah
berhasil dibentuk antara lain : Komandemen Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Sumatera. Komandemen komandemen ini merupakan cikal bakal dari pembentukan
tentara teritorium yang kemudian hari berubah menjadi KODAM.[6]
Sekalipun
markas besar tentara sudah dibentuk, para prajurit TKR tersebut belum merasa
adanya seorang pimpinan dalam tentara. Untuk itu, atas usul Oerip Soemohardjo
diselenggarakan Konferensi TKR pertama di Yogyakarta pada 12 November 1945
dengan agenda acara utama yaitu memilih seorang panglima. Semua mantan tentara
baik itu dari KNIL, PETA dan kelaskaran yang baru dibentuk diundang dalam acara
itu.
Konferensi
kemudian menetapkan Soedirman sebagai Panglima Tentara dan Oerip Soemohardjo
sebagai Kepala Staf TKR dengan tugas utama untuk menata organisasi tentara
sementara Soedirman bertugas untuk mengkonsolidasikan tentara yang baru saja
terbentuk. Pada masa ini Oerip termasuk kalangan kelompok perwira pembaharu
yang ingin menjadikan tentara sebagai organisasi yang solid, profesional dan
modern. Oerip beserta kawan- kawan dari KNIL dan KMA seperti A.H. Nasution,
T.B. Simatupang, Soerjadarma, Didi Kartasasmmita, Alex Kawilarang dan Hidayat
Maartaatmadja[7]
merasakan adanya keprihatinan mengenai banyaknya laskar- laskar yang terdapat
dalam tentara serta sulit untuk dikendalikan oleh markas besar dan pimpinan
pusat tentara. Untuk itu diadakan beberapa rencana agar tentara dapat dibentuk
secara profesional yaitu :
A)
Mengadakan
program Re- Ra ( Reorganisasi dan Rasionalisasi) yaitu menata jumlah pasukan
yang ada serta mengurangi jumlah pasukan yang tidak sesuai dengan kualifukasi
sebagai seorang militer. Tugas ini dijalankan oleh Kolonel Abdul Harris
Nasution[8]
B)
Membentuk
perkumpulan Ilmu Perang (Yudhagama)
untuk menentukan strategi yang cocok untuk diterapkan militer Indonesia dalam
menghadapi Belanda. Tugas ini dijalankan oleh T.B. Simatupang[9]
C)
Membentuk
lembaga pendidikan militer atau yang kita kenal sekarang adalah Akademi Militer.
Tugas ini dijalankan langsung oleh Oerip Soemohardjo selaku Kepala Staf
Tentara.[10]
Oerip
Soemohardjo kemudian menugaskan Mayor Jenderal Suwardi seorang lulusan KMA Breda
pada 1930 sebagai Direktur dan seangkatan dengan Didi Kartasasmita. Lembaga ini
kemudian bernama Militer Akademi Yogyakarta atau biasa juga disebut Akademi
militer Yogya pada 1948. Akademi Militer Yogya ini mendidik taruna sebanyak 442
dan yang lulus kemudian hanya 197[11]
orang. Lulusan pertama Akademi Militer Yogya ini diantaranya adalah :
-
Soesilo
Sudarman yang Kemudian menjabat Menko Polhukam
-
Himawan
Soetanto yang kemudian menjabat Pangdam Siliwangi
-
Sayidiman
SoerjohadiProdjo yang kemudian menjabat Gubernur Lemhannas
Pembentukan
Akademi Militer ini adalah sebuah langkah penting sebagai cikal bakal untuk
membentuk para perwira profesional. Pada 18 September 1948 terjadi
pemberontakan PKI Madiun 1948 yang dilakukan oleh Laskar Pesindo dan Batalyon
Soedigdo. Munculnya pemberontakan Madiun diakibatkan karena adanya laskar-
laskar bersenjata serta adanya kesatuan TNI yang memiliki ideologi kepartaian
dan bukan setia kepada ideologi negara sehingga hal inilah yang
melatarbelakangi Oerip untuk mendirikan lembaga pendidikan militer yang disebut
Akademi Militer untuk menjauhkan militer dari ideologi yang bertentangan dengan
negara.
Simpulan
Oerip
Soemohardjo adalah seorng perwira pembaharu dalam militer Indonesia ketika
militer Indonesia baru saja terbentuk. Ia seorang militer profesional yang
sangat disiplin dalam menjalankan tugas. Dalam upaya membentuk militer
profesional, Oerip mendirikan Akademi Militer Yogyakarta pada 1948 untuk
mencetak para perwira Indonesia yang brilian. Lembaga pendidikan militer ini
adalah cikal bakal lahirnya Akademi Militer Magelang dengan tujuan utama yaitu
menjauhkan para perwira militer dari paham atau ideologi partai. Seorang
perwira militer hanya setia kepada ideologi negara dan bangsa.
Catatan akhir :
[1] Lihat Dalam buku J.B. Soedarmanta, Jejak- Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia,(Jakarta : Grasindo, 2007) Halaman 109
[6] Lihat Dalam buku Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor operatie Kraai Versus jenderal Soedirman Perintah Siasat Nomor 1, (Jakarta : Gramedia Pustaka utama, 2006) Halaman 15-18
[7] Perhatikan Gagasan para perwira Pembahru Dalam Buku David Charles Anderson, Peristiwa Madiun 1948 Kudeta atau Konflik Internal Tentara ?, ( Yogyakarta : Media Pressindo, 2003) Halaman 11
[9] Lihat Pembentukan Yudhagama Dalam buku Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor Operatie Kraai Versus Jenderal Soedirman Perintah Siasat Nomor 1, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006) Halaman 176. Yudhagama kemudian berubah menjadi Dewan Siasat Militer
[10] Perhatikan Dalam Buku Petrik Matanasi, Sejarah Tentara, ( Yogyakarta: Narasi, 2011) Halaman 145
[11] Perhatikan Buku Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor Operatie Kraai Versus Jenderal Soedirman Perintah Siasat Nomoor 1, ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006) Halaman 271
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
Charles David. 2003. Peristiwa Madiun
1948 Kudeta Atau Konflik Internal Tentara ?. Yogyakarta : Media Pressindo
J.B.
Soedarmanta. 2007. Jejak- Jejak Pahlawan
Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta : Grasindo
Matanasi,
Petrik. 2011. Sejarah Tentara Munculnya
Bibit Militer di Indonesia Masa Hindia- Belanda Sampai Awal Kemerdekaan
Indonesia. Yogyakarta : Narasi
Soetanto,
Himawan. 2006. Yogyakarta 19 Desember
1948 Jenderal Spoor Operatie Kraai Versus Jenderal Soedirman Perintah Siasat
Nomor 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Zulfikri Aliansyah Rojali, S.Hum, ( Danyon Menwa Yon II Unpad Periode 2015 - 2016 )
Penulis : Zulfikri Aliansyah Rojali, S.Hum, ( Danyon Menwa Yon II Unpad Periode 2015 - 2016 )
Casino no deposit bonus codes 2021 - DRMCD
BalasHapusCasino no deposit bonus 익산 출장샵 codes 2021 - Discover the latest no deposit bonus codes for the leading US casinos. Enjoy 안성 출장샵 top welcome 전라북도 출장샵 offers on titanium tubing Rating: 4.2 의정부 출장마사지 · 1,181 votes