Oerip Soemohardjo


Hasil gambar untuk urip sumoharjo
Oerip Soemohardjo dalam gambar

Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkQ4s21fOi7hmwXhZJT9hkKZLJbV5qTu54Xs1jOPdwcq7FgCOez0YYbYv7dG4ijUEnZDCcnC0Mf590JiCjUztAusQMpaOuwBefwhbEpSSjCWPeIs25WRArWVuxjYX9d_-PGlOAaDNa2uQ/s1600/Urip+Sumoharjo.jpg

Berbicara sejarah Militer Indonesia tentu tidak lengkap rasanya apabila kita tidak membahas mengenai Oerip Soemohardjo. Seorang tokoh pendiri militer Indonesia. Ia dikenal juga sebagai Bapak TNI bersama Jenderal Soedirman. Ia yang merupakan seorang tokoh yang sangat menganjurkan kepada pemerintah Soekarno dan Hatta untuk segera membentuk badan ketentaraan dengan kata- kata cukup terkenal “ Aneh Suatu Negara Zonder Tentara” sebuah kalimat yang mengisyaratkan bahwa Indonesia harus segera memiliki tentara setelah merdeka.
Berikut ini akan diuraikan mengenai jejak Oerip Soemohardjo dari mulai masa muda, masa berdinas di KNIL hingga masa Indonesia merdeka dan ketika ia menjabat sebagai kepala Staf Umum TKR.

Masa Muda
Oerip lahir di Purworejo pada 23 Februari 1893[1] dengan nama kecil Muhammad Sidik. Sejak muda ia dikenal sebagai pemuda yang disiplin. Ia kemudian memasuki sekolah Pamong Praja ( OSVIA) yang berada di Magelang namun hal ini hanya dijalani sebentar karena ia kemudian berubah minat ingin menjadi seorang tentara. Pada tahun 1910 Oerip mendaftar dan masuk pada sekolah Militer KNIL di Meester Cornelis atau yang lebih dikenal dengan Inlandsche Officeren School ( Sekolah Opsir Pribumi). Sekolah ini diperuntukan untuk mencetak seorang perwira di Hindia- Belanda. Lembaga pendidikan ini mulai berdiri sejak 1852 namun baru abad ke-20 orang- orang pribumi boleh memasuki sekolah ini.[2]
Orang- orang pribumi yang memasuki sekolah ini juga harus memenuhi beberapa pesyaratan salah satunya adalah memiliki ijazah MULO dan HBS serta lulusan dari OSVIA. Oerip termasuk salah satu dari lulusan OSVIA sehingga dengan mudah dapat mendaftar pada sekolah militer Meester Cornelis. Sekolah ini mendidik para kadetnya selama 3 tahun setelah itu ada pendidikan lanjutan untuk para perwira yang telah lulus agar statusnya sama dengan lulusan KMA Breda. Pada tahun pertama para kadet diajarkan baris berbaris, olahraga fisik, hingga menembak dengan kualifikasi senapan dan pistol. Tahun kedua diajari taktik pertempuran dan tahun ketiga adalah ujian akhir dari seluruh pelajaran jika berhasil mereka akan dinyatakan lulus. Pada 24 Oktober 1914, Oerip Soemohardjo, Sugondo dan Bagus Sudjono lulus dari sekolah militer ini dan kemudian Oerip menyandang pangkat Letnan Dua[3].

Masa Hindia- Belanda 1916- 1942
Setelah Oerip menjadi Letnan Dua, ia ditugaskan di luar Pulau Jawa tepatnya di Banjarmasin. Bagi Oerip hal ini bukan masalah karena ia memang seseorang yang suka berpetualang.  Pada saat bertugas di Banjarmasin inilah Oerip menentang diskriminasi yang ada dalam kalangan tentara KNIL. Salah satunya adalah dengan melarang sebuah muntik (kereta api kecil) untuk beroperasi di Banjarmasin. Hal ini dikarenakan ada sebuah peraturan bahwa orang- orang pribumi jika akan berpergian tidak boleh menaiki muntik tersebut[4]. Akibat dari peraturan rasis tersebut, kemudian Oerip mengambil tindakan dengan melarang muntik tersebut beroperasi sampai ada ketentuan bahwa peraturan rasis tadi dicabut. Serdadu KNIL Belanda kemudian memperotes tindakan Oerip bahkan banyak juga petinggi Oerip yang memprotes tindakan tersebut. Namun Oerip tidak bergeming dengan keptusan tersebut dan sebagai komandan, justru telah meraih simpati dikalangan prajurit KNIL pribumi bahkan tindakannya ini didukung oleh Kementerian peperangan Hindia- Belanda di Bandung.
Kejadian kedua adalah pada saat perayaan ulang tahun Ratu Belanda pada 31 Agustus dimana setiap perwira berhak mengunjungi Kamar Bola (Perkumpulan para perwira yang ada di asrama militer) pada saat itu atasan Oerip tidak melihat Oerip dalam kamar Bola dan ketika ditanya Oerip hanya menjawab bahwa saya bukanlah seorang anggota kamar Bola karena hanya orang Eropa yang boleh menjadi anggota. Masalah itu kemudian ditindaklanjuti perwira tersebut kemudian memarahi para senior Oerip karena masih menganut diskriminasi abad 19 dan kembali Oerip meraih simpati dari kalangan prajurit KNIL Pribumi[5].
Dari 2 kejadian itu dapat disimpulkan bahwa Oerip Soemohardjo semasa berdinas sebagai perwira KNIL telah menunjukan sifat-sifatnya yang berbeda dimana ia sebagai perwira KNIL pribumi telah mampu menentang ras diskriminasi dalam tubuh KNIL bahkan bagi beberapa prjaurit KNIL pribumi Oerip dianggap sebagai pahlawan karena mampu membela kepentingan mereka.
Masa Pendudukan Jepang 1942-1945
Pada masa ini, Oerip menghindar dari kerja sama dengan pemerintahan militer Jepang. Pada masa ini pula Oerip menjalani hidup sebagai masyarkat biasa dengan tinggal di Kampung Getaran Utara Yogyakarta. Pada masa pendudukan Jepang, Oerip sering didatangi oleh mantan perwira KNIL salah satunya adalah A.H. Nasution. Baik Oerip maupun Nasution sering memperbincangkan masalah kedatangan pendudukan Jepang ke Indonesia.sebagai seorang Jawa,Oerip sangat mempercayai ramalan Joyoboyo bahwa pendudukan militer Jepang di Indonesia tidak akan berumur panjang dan Indonesia akan meraih kemerdekaannya. Sementara itu, apabila Indonesia telah merdeka maka Indonesia harus segera memiliki militer yang kuat, solid dan profesional untuk melindungi bangsanya dari ancaman dalam negeri maupun luar negeri.

Masa Indonesia Merdeka 1945- 1948
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, kebutuhan akan adanya sebuah tentara untuk melindungi bangsa yang baru merdeka sangat diperlukan. Untuk itu presiden Soekarno mengeluarkan maklumat pembentukan tentara pada 5 Oktober 1945. Setelah itu Soekarno menugaskan Oerip sebagai Kepala Staf TKR untuk menyusun organisasi TKR dan menata organisasi yang baru berdiri. Sebagai kepala staf TKR, Oerip kemudian menyusun beberapa struktur penting dalam militer Indonesia antara lain :
1)      Membentuk Markas Besar tentara di Yogyakarta dengan pimpinan terdiri atas Staf Umum Markas Besar Tentara
2)      Membentuk Komandemen militer pada setiap daerah di Indonesia. Komanndemen yang telah berhasil dibentuk antara lain : Komandemen Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera. Komandemen komandemen ini merupakan cikal bakal dari pembentukan tentara teritorium yang kemudian hari berubah menjadi KODAM.[6]
Sekalipun markas besar tentara sudah dibentuk, para prajurit TKR tersebut belum merasa adanya seorang pimpinan dalam tentara. Untuk itu, atas usul Oerip Soemohardjo diselenggarakan Konferensi TKR pertama di Yogyakarta pada 12 November 1945 dengan agenda acara utama yaitu memilih seorang panglima. Semua mantan tentara baik itu dari KNIL, PETA dan kelaskaran yang baru dibentuk diundang dalam acara itu.
Konferensi kemudian menetapkan Soedirman sebagai Panglima Tentara dan Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf TKR dengan tugas utama untuk menata organisasi tentara sementara Soedirman bertugas untuk mengkonsolidasikan tentara yang baru saja terbentuk. Pada masa ini Oerip termasuk kalangan kelompok perwira pembaharu yang ingin menjadikan tentara sebagai organisasi yang solid, profesional dan modern. Oerip beserta kawan- kawan dari KNIL dan KMA seperti A.H. Nasution, T.B. Simatupang, Soerjadarma, Didi Kartasasmmita, Alex Kawilarang dan Hidayat Maartaatmadja[7] merasakan adanya keprihatinan mengenai banyaknya laskar- laskar yang terdapat dalam tentara serta sulit untuk dikendalikan oleh markas besar dan pimpinan pusat tentara. Untuk itu diadakan beberapa rencana agar tentara dapat dibentuk secara profesional yaitu :
A)    Mengadakan program Re- Ra ( Reorganisasi dan Rasionalisasi) yaitu menata jumlah pasukan yang ada serta mengurangi jumlah pasukan yang tidak sesuai dengan kualifukasi sebagai seorang militer. Tugas ini dijalankan oleh Kolonel Abdul Harris Nasution[8]
B)    Membentuk perkumpulan Ilmu Perang (Yudhagama) untuk menentukan strategi yang cocok untuk diterapkan militer Indonesia dalam menghadapi Belanda. Tugas ini dijalankan oleh T.B. Simatupang[9]
C)    Membentuk lembaga pendidikan militer atau yang kita kenal sekarang adalah Akademi Militer. Tugas ini dijalankan langsung oleh Oerip Soemohardjo selaku Kepala Staf Tentara.[10]
Oerip Soemohardjo kemudian menugaskan Mayor Jenderal Suwardi seorang lulusan KMA Breda pada 1930 sebagai Direktur dan seangkatan dengan Didi Kartasasmita. Lembaga ini kemudian bernama Militer Akademi Yogyakarta atau biasa juga disebut Akademi militer Yogya pada 1948. Akademi Militer Yogya ini mendidik taruna sebanyak 442 dan yang lulus kemudian hanya 197[11] orang. Lulusan pertama Akademi Militer Yogya ini diantaranya adalah :
-          Soesilo Sudarman yang Kemudian menjabat Menko Polhukam
-          Himawan Soetanto yang kemudian menjabat Pangdam Siliwangi
-          Sayidiman SoerjohadiProdjo yang kemudian menjabat Gubernur Lemhannas
Pembentukan Akademi Militer ini adalah sebuah langkah penting sebagai cikal bakal untuk membentuk para perwira profesional. Pada 18 September 1948 terjadi pemberontakan PKI Madiun 1948 yang dilakukan oleh Laskar Pesindo dan Batalyon Soedigdo. Munculnya pemberontakan Madiun diakibatkan karena adanya laskar- laskar bersenjata serta adanya kesatuan TNI yang memiliki ideologi kepartaian dan bukan setia kepada ideologi negara sehingga hal inilah yang melatarbelakangi Oerip untuk mendirikan lembaga pendidikan militer yang disebut Akademi Militer untuk menjauhkan militer dari ideologi yang bertentangan dengan negara.
Simpulan
Oerip Soemohardjo adalah seorng perwira pembaharu dalam militer Indonesia ketika militer Indonesia baru saja terbentuk. Ia seorang militer profesional yang sangat disiplin dalam menjalankan tugas. Dalam upaya membentuk militer profesional, Oerip mendirikan Akademi Militer Yogyakarta pada 1948 untuk mencetak para perwira Indonesia yang brilian. Lembaga pendidikan militer ini adalah cikal bakal lahirnya Akademi Militer Magelang dengan tujuan utama yaitu menjauhkan para perwira militer dari paham atau ideologi partai. Seorang perwira militer hanya setia kepada ideologi negara dan bangsa.


Catatan akhir :
 [1] Lihat Dalam buku J.B. Soedarmanta, Jejak- Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia,(Jakarta : Grasindo, 2007) Halaman 109
[2] Perhatikan Dalam Buku Petrik Matanasi, Sejarah Tentara, ( Yogyakarta : Narasi, 2011) Halaman 37
[3] Ibid Halaman 39
[4] Ibid Halaman 46
[5] Ibid Halaman 47
[6] Lihat Dalam buku Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor operatie Kraai Versus jenderal Soedirman Perintah Siasat Nomor 1, (Jakarta : Gramedia Pustaka utama, 2006) Halaman 15-18
[7] Perhatikan Gagasan para perwira Pembahru Dalam Buku David Charles Anderson, Peristiwa Madiun 1948 Kudeta atau Konflik Internal Tentara ?, ( Yogyakarta : Media Pressindo, 2003) Halaman 11
[8] Ibid Halaman 14
[9] Lihat Pembentukan Yudhagama Dalam buku Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor Operatie Kraai Versus Jenderal Soedirman Perintah Siasat Nomor 1, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006) Halaman 176. Yudhagama kemudian berubah menjadi Dewan Siasat Militer
[10] Perhatikan Dalam Buku Petrik Matanasi, Sejarah Tentara, ( Yogyakarta: Narasi, 2011) Halaman 145
[11] Perhatikan Buku Himawan Soetanto, Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor Operatie Kraai Versus Jenderal Soedirman Perintah Siasat Nomoor 1, ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006) Halaman 271



DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Charles David. 2003. Peristiwa Madiun 1948 Kudeta Atau Konflik Internal Tentara ?. Yogyakarta : Media Pressindo
J.B. Soedarmanta. 2007. Jejak- Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta : Grasindo
Matanasi, Petrik. 2011. Sejarah Tentara Munculnya Bibit Militer di Indonesia Masa Hindia- Belanda Sampai Awal Kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta : Narasi
Soetanto, Himawan. 2006. Yogyakarta 19 Desember 1948 Jenderal Spoor Operatie Kraai Versus Jenderal Soedirman Perintah Siasat Nomor 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Penulis : Zulfikri Aliansyah Rojali, S.Hum, ( Danyon Menwa Yon II Unpad Periode 2015 - 2016 )






1 komentar:

RESIMEN MAHASISWA DI PERSIMPANGAN JALAN, MAU DIBAWA KEMANA?

Hasil gambar untuk menwa unpad
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnbijYlQCue4OeOSQ-eOZmuaYK8MW87pv927YqyzEBvsqmCjJthZMVp7CM9eLLm-HGrDi8ThLL3htdLbjERw5j15hki3_aJ6Nx_23829VAzQXEuiz3stVYZ6wrUK-_C0-D-wvC7el13zU/s1600/andi+menwa.jpg
Menwa Dulu
Pada awalnya Resimen Mahasisawa adalah organisasi para-militer yang didirikan di dalam kampus. Memiliki kemampuan seperti militer aktif pada umumnya dan pada masanya efektif digunakan sebagai cadangan pertahanan di daerahnya masing-masing. Di Jawa Barat Resimen Mahasiswa menjadi salah satu tumpuan untuk mempertebal kekuatan Tentara aktif guna mempertahankan home front Jawa Barat dan sekitarnya dari ancaman fisik dan separatisme kelompok yang ingin memisahkan atau merubah ideology negara Pancasila. Sejarah mencatat kontribusi Resimen Mahasiswa pada masanya mampu memadamkan pergerakan-pergerakan yang inkonstitusional dan cenderung maker. Kemampuan Resimen Mahasiswa bisa dikatakan setara dengan organik TNI, kemampuan Paratroops, Demolisi, penggunaan berbagai macam senjata laras penjang, pendek, senapan mesin sampai granat termasuk kemampuan intelijen strategis di miliki oleh para anggotanya yang menjadikan satuan Resimen Mahasiswa bisa dikatakan tidak kalah elite dengan satuan organik  pada zamannya. Palagan perjuangan Resimen Mahasiswa juga bukan tempat yang sealakadarnya, medan Trikora dipedalaman Kalimantan, wilayah rawan Timor-timor sampai penugasan pasukan PBB kontingen Garuda pernah di ikuti oleh anggotanya. Tidak sedikit yang harus meregang nyawa dan kembali ke haribaan diakibatkan penugasan di lapangan. Taman Makam Pahlawan Seroja di Timor-timur menjadi saksi bisu tubuh seorang Resimen Mahasiswa di semayamkan. Dari deretan kisa diatas bisa di tarik kesimpulan bahwa betapa penting dan elitenya posisi Resimen Mahasiswa pada saat zaman kejayaannya.
Reformasi kebablasan?
Tuntutan Reformasi di Indonesia menyeruak lantang kepermukaan dan seolah-olah menjadi gelombang dahsyat yang menenggelamkan serta menyeret siapa saja yang di terjangnya dan pada akhirnya mampu menurunkan Presiden sepuh saat itu yaitu Jenderal Besar (purn) Soeharto dari tampuk kekuasaannya. Tidak ada yang menyangka bahwa pemimpin yang dikenal dengan sebutan Smiling General itu akan turun dengan cara yang tragis. Kondisi politik mendadak merubah haluan, semua orang bereforia menyuarakan reformasi yang akhirnya berakibat pada berbondong-bondongnya kelompok kepentingan menyebrang haluan. Semua yang berbau Soeharto adalah penjahat dan patut di buang atau dihapus, lalu menwa bagaimana?. Betul sekali menwa mendapatkan gilirannya!. Serentak diseluruh Indonesia Menwa diminta di bubarkan demi alasan menuntaskan agenda reformasi. Mulai dari waktu itu menwa di preteli sampai hampir terhapus dari pentas sejarah Indonesia, perjuangan menwa pada saat itu begitu berat antara “hidup segan mati tak mau” menjadi istilah yang sangat pas menggambarkan carut marut nya kondisi pada saat itu. Menwa menjadi korban Reformasi kebablasan? Menwa pada awalnya adalah anak kandung cita-cita Revolusi Bung Karno, program mobilisasi umum perebutan Irian Barat merupakan ide Soekarno dan berimbas pada persiapan Resimen Serba Guna sebagai Corps Sukarelawan dan mempengaruhi menwa pada saat itu. Reformasi sesungguhnya adalah salah sasaran apabila menargetkan menwa sebagai organisasi yang harus di berangus dilihat dari asek sejarahnya dahulu.

Polemik dualisme organisasi yang sama-sama mencintai Menwa
Anggota menwa di manapun berada, adalah kader militan untuk mewujudkan cita-cita kesejahteraan bangsa. Reformasi telah mengkhawatirkan mantan-mantan menwa diseluruh Indonesia dimana regenerasi menwa menjadi terancam. Apabila regenerasi mati maka bisa dipastikan menwa akan bubar dengan sendirinya. Untuk itu tercetuslah sebagian kecil alumninya untuk membentuk organisasi yang di klaim merupakan lembaga tertinggi di Menwa yaitu Komando Nasional (konas) Menwa Indonesia yang dahulu tidak pernah sama sekali di kenali keberadaan dan landasan hukumnya. Dilain hal muncul pula lembaga tandingan yang mengclaim serupa sebagai organisasi Induk Menwa yaitu Korps Menwa Indonesia. Persamaan sekaligus perbedaan organisasi yang sama-sama militant terhadap menwa ini terletak pada landasan hukum. Dimana Konas di klaim sebagai komando pusat menwa Indonesia satuan-satuan organik/anggita aktif sebuah organisasi luar yang mampu menembus kewenangan universitas dalam struktur komando. Begitu pula Korps Menwa Indonesia yang terdaftar sebagai Organisasi Masyarakat (ormas) dipaksakan harus masuk menjadi lembaga mahasiswa yang melakukan kegiatan mahasiswa aktif di dalam kampus yang sudah jelas-jelas dilarang dan merupakan pelanggaran berat apabila organisasi dalam kampus berafiliasi kepada organisasi masyarakat apapun namanya. Dua organisasi yang didirikan oleh alumni ini baik Komando Nasional maupun Koprs Menwa Indonesia pada dasarnya baik adanya, yaitu adalah untuk mempertahankan eksitensi menwa, tetapi melihat perkembangan yang terjadi menjadi tidak mungkin bahwa menwa akan hancur diakibatkan konflik dualisme dan pembinaan regenerasi yang mulai diabaikan baik oleh Konas dan Korp, sebagai bukti pembinaan yang yang yang penulis claim tersendat adalah minimnya regenerasi “muka-muka baru” dalam dua organisasi ini, lebih mengutamakan konsolidasi anggota ‘sepuh’ dibandingkan dengan anggota ‘muda’ yang seharusnya merupakan asset berharga di masa depan apabila memang dua organisasi ini fokus kepada cita-cita pembinaan menwa.

Butuhnya Jalan Keluar
Menwa berada dipersimpangan jalan, menwa rawan pecah akibat dualisme, regenerasi tersendat, tantangan kampus semakin beragam dan anggota aktif yang memiliki motivasi tinggi semakin menyusut baik dari segi kemampuan dan kualitas mentalnya diakibatkan tidak dilibatkan dalam masalah-masalah strategis dan minim pembinaan. Lalu mau dibawa kemana menwa? Menwa berada di persimpangan jalan! Itulah istilah yang cocok menggambarkan keadaan real menwa sekarang.  Penulis berpendapat bahwa dibutuhkan sebuah jalan keluar untuk menyeret kembali Menwa pada jalurnya yang benar. Dan itu harus dimulai dari kemauan tulus semua pihak untuk mau berjalan kearah penyelesaian masalah. Energy sia-sia sudah di habiskan menwa selama ini. Konflik tidak produktif malah melemahkan pihak sendiri. Butuh kerelaan kedua belah pihak untuk mau mengarahkan organisasinya untuk pembinaan anggota yang merupakan kewajiban kita bersama untuk merealisasikan regenerasi dan itu butuh kerelaan semua untuk merealisisikan motto Widya Castrena Dharma Shida dan Panca Dharma Satya Menwa terutama point ke 5 yaitu mengutamakan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi maupun golongan. Penulis berpendapat yang bisa meyeleaikan permasalahan ini adalah anggota aktif yang merupakan inti kehidupan organisasi menwa, tiap satuan dan batalyon merupakan pemegang warisan organisasi ini dan yang harus memutuskan. Kita selalu senior dan alumni harusnya hanya mementori bukan mendikte. Selanjutnya sekarang kembali lagi kepada pertanyaan umum diatas, mau dibawa kemana menwa? Mau terus tersesat di persimpangan atau mulai memutuskan untuk bergandengan tangan dan mulai menemukan jawaban mau kearah mana sebenarnya kita mengarah sekarang? Berikan kepercayaan bahwa adik-adik penerus kita tidak kalah hebat kalau diasah kemampuannya dan diberikan kesempatan. Dan penulis 1000% sangat percaya itu bisa!. Tinggal mau atau tidak?

Penulis : Rizki Alamsyah H., S.IP ( NBP. 1091.08.44463 ) merupakan alumni Menwa Yon II Unpad


0 komentar:

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah

Dokumentasi Territorial Yon II Unpad
Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon II Unpad Mengucapkan 

"Minal Aidzin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin" 
Semoga dengan kemenangan ini memacu semangat kita untuk lebih taat kepada - Nya dan senantiasa memelihara hubungan dengan Allah SWT serta mahluk- Nya.


0 komentar:

Buka Puasa Bersama Menwa Yon II Unpad 2017

Sabtu, 10 Juni 2017
Jatinangor, ( Teritorial Yon II ).- Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon II Universitas Padjadjaran telah melangsungkan kegiatan Buka Puasa Bersama dan Bakti Sosial dengan bertema kan " Memupuk Ukhuwah di Bulan Penuh Berkah". Dalam kegiatan ini selain acara buka puasa bersama, Menwa Yon II Unpad juga mengundang anak-anak dari panti asuhan Riyaadlul Jannah, Desa Sayang, Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
Kegiatan ini dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh anggota Yon II. Kemudian dilanjutkan sambutan-sambutan yang disampaikan antara lain oleh Komandan Menwa Yon II Unpad 2017 Ilman Khoirul Umam, Komandan Korp Alumni Yon II Unpad Siswoko, dan Ketua Pelaksana kegiatan Gustav Jabbarul Haq. Dalam sambutannya Komandan Menwa Yon II Unpad berpesan kepada tamu undangan dan anggota organik untuk lebih menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dan jiwa patriotisme.
Sesi Permainan
Sumber : Dok. Teritorial Menwa Yon II Unpad

Kegiatan selanjutnya adalah permainan "aku pintar"  dalam permainan ini adik-adik dari panti asuhan diajak untuk kembali mengingat tentang kisah-kisah Rasul, pengetahuan umum, dan juga pengetahuan keagamaan lewat pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh MC. Pemenang permainan ini mendapat hadiah apresiasi yang telah dipersiapkan oleh panitia.
Kegiatan Makan Bersama
Sumber : Dok.Teritorial Menwa Yon II Unpad
Disela-sela menunggu waktu berbuka puasa diisi dengan tausyiah yang disampaikan oleh pengasuh panti asuhan Riyaadlul Jannah. 

Setelah waktu berpuka puasa, acara dilanjutkan dengan shalat maghrib berjamaah dan makan bersama. 
Acara kemudian diakhiri dengan penyerahan bantuan sosial kepada panti asuhan. Dalam bakti sosial ini Menwa Yon II menyerahkan alat tulis, sembako, dan  beberapa peralatan dapur. Komandan Yon II Unpad mewakili korps Menwa Yon II Unpad  menyampaikan harapan besar bantuan ini bisa bermanfaat untuk kegiatan asuh dan sehari-hari di panti asuhan. 








Penyerahan Plakat Oleh Komandan Batalyon II Unpad
Sumber : Dok. Teritorial Yon II Unpad

Penyerahan secara simbolis bantuan sosial oleh Komandan Korps Alumni Menwa Yon II UNpad
Sumber : Dok. Teritorial Menwa Yon II Unpad

0 komentar:

Sejarah Menwa Batalyon II Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Berlatih

Krisis politik pada tahun 1950 – an mencapai puncaknya pada 14 Maret 1957, yakni ketika perdana Menteri Ali Sastroamidjojo secara resmi mengembalikan mandat kepada Presiden, dan setelah itu Presiden Soekarno langsung menyatakan SOB atau keadaan perang dan Darurat Perang untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Kabinet Ali tidak berhasil mengatasi krisis politik yang bersumber dari perlawanan elite sipil dan militer di beberapa daerah terhadap pemerintah pusat.
            Sementara itu pemerintah pusat juga masih disibukkan dengan pemberontakan DI/TII yang semakin menghebat. Gerakan Darul Islam yang bertujuan mendirikan negara Islam Indonesia muncul pertama kali di Jawa Barat. Gerakan ini dipimpin Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo, pendiri pesantren Suffah di Malangbong.
            Kusus untuk Jawa Barat, pemerintah juga berusaha memulihkan kondisi keamanan wilayah ini karena fungsinya sebagai daerah penyangga ibukota Negara. Lebih – lebih Di/TII Jawa Barat menunjukan peningkatan kekuatan yang mencemaskan pemerintahan. Dalam kurun 1948 – 1949 DI/TII menguasai sekitar sepertiga wilayah pedalaman Jawa Barat. Kemudian mencapai puncak kekuatannya dengan sekitar 13.000 anggota dan 3.265 pucuk senjata pada tahun 1957.1
            Upaya pemulihan keamanan Jawa Barat berada di bawah tanggung jawab Panglima Daerah Militer VI/ Siliwangi selaku penguasa Perang Daerah Jawa Barat. Dengan kekuasaan sebagai penguasa Perang Daerah, Pangdam VI/ Siliwangi Kolonel R.A. Kosasih mengeluarkan keputusan nomor kpts 40-2/5/1959 tanggal 13 Mei 1959 tentang program wajib latih kemiliteran bagi mahasiswa perguruan tinggi di Jawa Barat.
Sumber Foto : http://danarsip.blogspot.co.id/2010/09/kompi-w-dalam-yon-iiunpad.html
            Dalam Sebuah pertemuan dengan sejumlah pimpinan perguruan tinggi di Bandung Pangdam menjelaskan bahwa program wajib latih militer bagi mahasiswa bukan dimaksudkan sebagai usaha pihak tentara untuk memiliterisasi mahasiswa. Melainkan semata sebagai usaha meningkatkan kesadaran bela negara dan kewaspadaan nasional di kalangan mahasiswa.
            Penjelasan tersebut secara tidak langsung untuk menjawab kecurigaan pihak – pihak di luar tentara yang menganggap program tersebut sebagai langkah politik tentara untuk meluaskan pengaruh di kalangan mahasiswa. Sejak peristiwa 17 Oktober 1952, banyak pihak mencermati sikap politik tentara, khususnya Angkatan Darat yang dimotori Jenderal A.H. Nasution. Dalam pidato pada ulang tahun pertama Akademi Militer Nasional (AMN) 11 November 1958, Jenderal A.H Nasution yang saat itu menjabat kepala Staf Angkatan Darat melontarkan sebuah konsep yang dinamakan konsep “Front Lebar” atau “ Jalan Tengah”. Konsep tersebut menggambarkan sikap tentara yang tidak akan mengambil kekuasaan, melainkan berpatisipasi dalam pengambilan keputusan di semua tingkatan sebagai salah satu kekuatan yang turut menentukan nasib bangsa. Terlebih setelah Jenderal A.H. Nasution membersihkan Divisi Siliwangi sebagai kesatuan yang paling dapat dipercaya dengan menempatkan perwira – perwira kesatuan yang paling dapat diperya, diantaranya adalah Kolonel R.A. Kosasih.
            Program  wajib latih kemiliteran tersebut berlangsung selama 20 minggu, di mulai sejak 13 Juni sampai dengan 14 September 1959 dengan peserta latihan sebanyak 960 Mahasiswa dari Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, Universitas Parahyangan, Akademi Pendidikan Jasmani, dan Akademi PTT (Pos, Telegrap dan Telepon). Mereka disebar ke dalam 6 kompi latihan dan ditempatkan di asrama Kiansantang di Jalan Tongkeng, Bandung.
            Program wajib latih mahasiswa Jawa Barat tesebut merupakan program latihan kemiliteran bagi mahasiswa yang pertama kali diadakan di Indonesia sejak demobilisasi pelajar dan mahasiswa pejuang pada awal tahun 1960-an. Program serupa diadakan kembali pada tahun 1961 dalam rangka pembebasan Irian Barat (Trikora). Mahasiswa yang pernah mengikuti Wajib Latih tahun 1959 dipanggil kembali untuk dilatih ulang. Kali ini mereka dihimpun dalam organisasi Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat.

Mahasiswa Serba Guna

Masalah wilayah Irian Barat yang tidak kunjung diserahkan kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia, memperkeras tuntutan nasional untuk membebaskan Irian Barat. Tekad ini diwujudkan dalam berbagai tindakan, antara lain menasionalisasi perusahaan milik belanda, pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda pada 17 Agustus 1960, dan persiapan di bidang militer.
            Upaya persiapan di bidang militer diawali dengan penambahan persenjataan. Untuk itu dibentuk sebuah misi militer di bawah pimpinan Menteri Keamanan Nasional/KSAD, Jenderal A.H. Nasution, yang bertugas membeli senjata dari luar negeri. Pada mulanya Indonesia ingin membeli senjata dari negara – negara barat, terutama Amerika Serikat, tetapi mereka menolak menjual kepada Indonesia. Misi dilanjutkan ke negara – negara komunis, terutama Uni Soviet pada Desember 1960. Kali ini misi berhasil mengadakan perjanjian pembelian persenjataan dengan Uni Soviet, dan memantapkan perjanjian tersebut pada tahun 1961.
            Sementara itu bidang politik pertahanan, MPRS menetapkan pertahanan rakyat semesta sebagai sistem pertahanan nasional pada 3 Desember 1960. Ketetapan ini dilatarbelakangi keadaan Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang dinilai belum mampu melakukan pertahanan garis depan untuk menghadapi invasi asing. Karenanya Angkatan Perang harus melancarkan perang teritorial atau perang wilayah agar jalannya perang dapat berlarut – larut hingga menguras tenaga musuh. Dalam perang wilayah, Angkatan Darat merupakan unsur utama yang didukung oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut.
            Pada 19 Desember 1961 Presiden Sukarno mencanangkan Trikora dalam rapat umum di Alun – Alun Utara, Yogyakarta, Trikora menandai dimulainya konfrontasi terhadap kerajaan Belanda. Persiapan pertahanan negara, khususnya pembentukan Home – Front yang kokoh merata segera dialakukan pemerintah dengan memperluas latihan kemiliteran bagi warga sipil. Para mahasiswa pun tidak luput dari kewajiban mengikuti latihan kemiliteran. Untuk itu Menteri Keamanan Nasional, Jenderal A.H. Nasution mengeluarkan surat keputusan nomor MI/B/00307/1961 tanggal 30 Desember 1961 tentang usaha memperluas latihan ketangkasan keprajuritan (kemiliteran) dalam rangka mempertinggi dan menggalang kewaspadaan nasional di kalangan mahasiwa. Latihan kemiliteran bagi mahasiswa tersebut merupakan bentuk pendahuluan dari program Wajib Latihan yang akan di atur di dalam Undang – Undang Wajib Latihan.
            Beban pengelolaan latihan kemiliteran bagi mahasiswa tersebut dibagi antara kementerian Keamanan Nasional dan TNI. Untuk pembiyaan latihan dibebankan kepada Menteri Keamanan Nasional, sedangkan pelaksanaan latihan berada dalam tanggung jawab Angkatan Darat.
            Untuk melaksanakan Keputusan Menteri Keamanan Nasional tersebut di Jawa Barat, Pangdam VI/Siliwangi, Brigadir Jenderal Ibrahim Adjie selaku Penguasa Perang Daerah Jawa Barat mengeluarkan surat keputusan nomor Kpts : 04-7/1/PPD/1962 tanggal 10 Januari 1962.11 isi pokoknya antara lain, (1) perintah kepada semua dekan dan pimpinan universitas, perguruan tinggi, dan akademi pemerintah maupun swasta di Jawa Barat untuk membentuk Resimen Serba Guna Mahasiswa, dan (2) perintah kepada Presiden (Rektor) Universitas Padjadjaran untuk mengoordinasi usaha – usaha pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa tersebut selekas mungkin, dan melaporkan hasil pembicaraan koordinatif tersebut kepada penguasa Penguasa Perang Daerah Jawa Barat pada 1 Febuari 1962.
            Selain itu Pangdam VI/Siliwangi mengeluarkan surat perintah nomor SP.237/1962 tanggal 13 Januari 1962 kepada Kapten Ojik Soeroto. Isinya adalah perintah penugasan sebagai Komandan Batalyon I Resimen Serba Guna Mahasiwa terhitung mulai 1 Juli 1962. Pada 20 Januari 1962 Rektor Universitas Padjadjaran membentuk sebuah badan koordinasi bernama Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Daerah Militer VI/Siliwangi. Susunan keanggotaan badan koordinasi tersebut sebagi berikut : Rektor Universitas Padjadjaran, Prof. Drg. R.G. Soeria Soemantri sebagai koordinator, Pembantu Rektor Institut Teknologi Bandung, Dr. Isrin Nurdin sebagi Wakil Koordinator 1, Pembantu Rektor Universitas Parahyangan, Drs. Koesdarminto sebagai Wakil Koordinator II, dan Mayor Mochammad Soenarman dari Pusat Psikologi Angkatan Darat sebagi sekretaris.
            Pada awal Febuari 1962 Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Daerah Militer VI/Siliwangi melaporkan hasil kerjanya kepada Pangdam. Setelah itu Pangdam mengeluarkan surat keputusan nomor Kpts: 07-2/2/PPD/1962 tanggal 9 Febuari 1962 tentang petunjuk pelaksanaan pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa, yang intinya membagi realisasi pembentuk Resimen Serba Guna Mahasiwa dalam dua bidang.
Hasil gambar untuk menwa yon2
Sumber Foto : Arsip Batalyon II
            Sejalan dengan proses seleksi calon kader, Kapten Ojik Soeroto mengumpulkan data mahasiwa yang pernah mengikuti program Wajib Latih tahun 1959. Mereka akan diwajibkan mengikuti refreshing course (latihan ulangan) dan tambahan. Dari pendataan tersebut diketahui bahwa mahasiswa mantan peserta Wajib Latih tahun 1959 di Kota Bandung dahulu berjumlah 960 orang, kini tersisa 320 orang karena sebagian dari mereka telah menyelesaikan pendidikannya tay pindah ke luar kota Bandung.
            Mulai Febuari 1962 para mantan Wajib Latih 1959 tersebut menjalani latihan ulangan selama 10 Minggu, disambung dengan latihan tambahan selama 14 hari yang dikenal dengan sebutan latihan “Pasopati”. Latihan ulangan dan tambahan tersebut diselenggarakan oleh Rinif Daerah Militer VI/Siliwangi di sebuah tempat pendidikan infantri di daerah Bihbul, yang terletak di sebelah timur Kota Bandung, dipimpin Komandan Latihan, Kapten Mangemis yang memimpin sebuah kompi pelatih.
            Penutupan latihan dilakukan pada 20 Mei 1962 oleh Pangdam VI/Siliwangi yang sekaligus melantik peserta latihan sebagi anggota Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat sebagai bagian organik dari kodam VI/Siliwangi.
            Kapten Ojik Soeroto memimpin Batalyon I Resimen Serba Guna Mahasiswa yang terdiri dari empat kompi. Kompi 1 dan II beranggotakan mahasiswa Istitut Teknologi Bandung, Kompi III beranggotakan mahasiswa Universitas Padjdjaran, dan Kompi IV beranggotakan mahasiswa Universitas Parahyangan dan akademi negeri. Dalam kompi – kompi tersebut, semua jabatan mulai dari wakil komandan regu sampai komandan kompi diisi oleh mahasiswa.
            Setelah disusun pula kompi – kompi pelatih untuk melatih anggota batalyon – batalyon mahasiswa pertahanan sipil. Hal ini mencerminkan kepercayaan pemerintah terhadap kemampuan anggota Resimen Mahasiswa untuk menjelaskan pelatihan dasar – dasar kemiliteran bagi sesama mahasiswa. 

Mahawarman
Sejak pembentukannya Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat belum mempunyai identitas khas korps. Karena itu muncul keinginan di kalangan anggota Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat untuk memiliki lambang kehormatan dan kebanggaan kesatuan untuk memperkuat semangat korps. Lambang – lambang tersebut diperlukan untuk menumbuhkan ikatan lahir dan batin di antara anggota Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat. Kemudian diajukanlah usulan nama dan rancangan dhuaja ( bendera ) Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat kepada Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution. Usulan tersebut diterima, yang ditandai dengan keluarnya keputusan Menko Hankam/KASAB No. M/B/86/64 tanggal 12 Juni 1964 tentang pengesahan Dhuaja Resimen Mahasiswa Jawa Barat.  Pada Dhuaja Resimen Mahasiswa Mahawarman lambang Mahawarman terletak di satu sisi, dan sisi lainnya terletak lambang Kodam Siliwangi. Dalam Appel besar di lapangan Gasibu Bandung untuk memperingati hari jadi Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat pada 13 Juni 1964, sengaja mengambil tanggal 13 Juni sebagai tanggal peristiwa bersejarah program Wajib Latih Mahasiswa tahun 1959, Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution didampingi Menteri PTIP Prof. Ir. Thojib Hadiwidjaja dan Pangdam VI/Siliwangi Brigadir Jenderal Ibrahim Adjie, meresmikan penggunaan nama “Resimen Mahawarman” sebagai nama Resimen Mahasiswa Jawa Barat, dan menyerahkan langsung Dhuaja Resimen Mahawarman kepada Komandan Batalyon I Resimen Mahasiswa Jawa Barat, Kapten Ojik Soeroto.
            Proses penciptaan nama Mahawarman yang bersifat bottom – up memperlihatkan bahwa organisasi Resimen Mahasiswa bercorak grassroot, tumbuh berkembang dari dan oleh mahasiswa sendiri. Selain peresmian nama Mahawarman dan penyerahan dhuaja, dalam appel tersebut juga dilakukan pengucapan janji Resimen Mahasiswa Mahawarman. Berikut ini adalah isi selengkapnya janji tersebut dengan penulisan mengikuti ejaan aslinya. Dalam Musyawarah Kerja 1 Resimen Mahasiwa Mahawarman yang berlangsung pada 12 sampai dengan 20 September 1966 dilhirkan “Panca Dharma Satya” sebagai ikrar Resimen Mahasiswa Mahawarman.
Sejak pembentukannya Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat belum mempunyai identitas khas korps. Karena itu muncul keinginan di kalangan anggota Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat untuk memiliki lambang kehormatan dan kebanggaan kesatuan untuk memperkuat semangat korps. Lambang – lambang tersebut diperlukan untuk menumbuhkan ikatan lahir dan batin di antara anggota Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat. Kemudian diajukanlah usulan nama dan rancangan dhuaja ( bendera ) Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat kepada Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution.
Usulan tersebut diterima, yang ditandai dengan keluarnya keputusan Menko Hankam/KASAB No. M/B/86/64 tanggal 12 Juni 1964 tentang pengesahan Dhuaja Resimen Mahasiswa Jawa Barat.  Pada Dhuaja Resimen Mahasiswa Mahawarman lambang Mahawarman terletak di satu sisi, dan sisi lainnya terletak lambang Kodam Siliwangi. Dalam Appel besar di lapangan Gasibu Bandung untuk memperingati hari jadi Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat pada 13 Juni 1964, sengaja mengambil tanggal 13 Juni sebagai tanggal peristiwa bersejarah program Wajib Latih Mahasiswa tahun 1959,
Sumber Foto : http://danarsip.blogspot.co.id/2010/09/kompi-w-dalam-yon-iiunpad.html
MenkoHankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution didampingi Menteri PTIP Prof. Ir. Thojib Hadiwidjaja dan Pangdam VI/Siliwangi Brigadir Jenderal Ibrahim Adjie, meresmikan penggunaan nama “Resimen Mahawarman” sebagai nama Resimen Mahasiswa Jawa Barat, dan menyerahkan langsung Dhuaja Resimen Mahawarman kepada Komandan Batalyon I Resimen Mahasiswa Jawa Barat, Kapten Ojik Soeroto.
            Proses penciptaan nama Mahawarman yang bersifat bottom – up memperlihatkan bahwa organisasi Resimen Mahasiswa bercorak grassroot, tumbuh berkembang dari dan oleh mahasiswa sendiri. Selain peresmian nama Mahawarman dan penyerahan dhuaja, dalam appel tersebut juga dilakukan pengucapan janji Resimen Mahasiswa Mahawarman. Berikut ini adalah isi selengkapnya janji tersebut dengan penulisan mengikuti ejaan aslinya. Dalam Musyawarah Kerja 1 Resimen Mahasiwa Mahawarman yang berlangsung pada 12 sampai dengan 20 September 1966 dilhirkan “Panca Dharma Satya” sebagai ikrar Resimen Mahasiswa Mahawarman.

            Sekarang saya berbicara status Resimen Mahasiswa di zaman reformasi, setelah peristiwa penggulingan pemerintahan Orde Baru, mahasiswa di Indonesia memiliki sikap traumatis terhadap apa namanya militer, sebagian mahasiswa menganggap bahwa Resimen Mahasiswa bagian dari militeris mini yang ada di dalam kampus, dan menuntut pula agar Resimen Mahasiswa ini di tiadakan di dalam kampus. Bahkan statusnya sebagai komponen cadangan di bekukan, di zaman reformasi ini status Resimen Mahasiswa seperti mahasiswa biasa lainnya yang langsung di bawahi oleh universitas dan bukan lagi sebagai komponen cadangan.

Referensi : Buku Petunjuk Garis Besar Haluan Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon II Universitas Padjadjaran

0 komentar:

Alamat dan Kontak


Alamat : Komplek UKM Barat Jl.Arboretum ( Samping Danau Arboretum ) Universitas Padjadjaran


Rute dari Jakarta/Bandung via Tol Padaleunyi  
Keluar Pintu Tol Cileunyi ke arah Jatinangor/Sumedang via Jalan Raya Bandung Sumedang
Masuk ke Kampus Unpad via Gerbang Lama Unpad Jl. Raya Cirebon Bandung dari Gerbang Lama Unpad belok ke kiri menuju Jl.Arboretum ( Danau/Cekdam/ Gerbang BNI ) Posko terletak di samping Danau Arboretum

Rute dari Kota Bandung via Jalan Nasional CIirebon - Bandung
Dari Kota Bandung terus ke arah Jatinangor/Sumedang
Masuk ke Kampus Unpad via Gerbang Lama Unpad Jl. Raya Cirebon Bandung dari Gerbang Lama Unpad belok ke kiri menuju Jl.Arboretum ( Danau/Cekdam/ Gerbang BNI ) Posko terletak di samping Danau Arboretum

Rute dari Garut/Tasik/Ciamis/Jawa Tengah via Jalan Nasional ( Lingkar Nagreg ) 
Dari Jalan Nasional terus menuju ke arah Jatinangor/Sumedang via Jalan Raya Cirebon Bandung
Masuk ke Kampus Unpad via Gerbang Lama Unpad Jl. Raya Cirebon Bandung dari Gerbang Lama Unpad belok ke kiri menuju Jl.Arboretum ( Danau/Cekdam/ Gerbang BNI ) Posko terletak di samping Danau Arboretum

Rute dari arah Sumedang
Dari Jalan Raya Cirebon Sumedang arah Bandung Putar arah menuju kampus Unpad Jatinangor
Masuk ke Kampus Unpad via Gerbang Lama Unpad Jl. Raya Cirebon Bandung dari Gerbang Lama Unpad belok ke kiri menuju Jl.Arboretum ( Danau/Cekdam/ Gerbang BNI ) Posko terletak di samping Danau Arboretum

0 komentar:

Media Sosial Menwa Mahawarman Batalyon II Universitas Padjadjaran


0 komentar:

Padjadjaran Rescue Boat Race




Selamat Datang Di Blog Padjadjaran Rescue Boat Race II Tingkat Nasional Tahun 2017 
 Resimen Mahasiswa Mahawarwan  
Batalyon II/ Universitas Padjadjaran
     

Resimen Mahasiswa Indonesia umumnya dan menwa Unpad khususnya adalah salah satu komponen bangsa yang berada di Perguruan Tinggi, memiliki peran aktif dalam tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif dan bermanfaat bagi masyarakat. 
Saat ini, bencana banjir menjadi salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Dengan hal ini maka diperlukan tenaga trampil dan tenaga yang menguasai secara teknis tentang teknik penyelamatan di air serta sebagai ajang berkumpulnya komunitas penggiat kebencanaan. Oleh karena itu,   PADJADJARAN  RESCUE BOAT  RACE TINGKAT NASIONAL   TAHUN 2017 bertujuan sebagai sarana untuk menyiapkan SDM tersebut.

Untuk mengetahui cara mendaftar ataupun informasi seputar Padjadjaran Rescue Boat Race Tingkat Nasional Tahun 2017, silahkan menggunakan menu panduan dan informasi yang ada dibagian bawah halaman ini.

Silahkan download file dibawah ini !!!

1. Brosur Padjadjaran Rescue Boat Race  

Tingkat Nasional Tahun 2017

2. Formulir Pendaftaran Padjadjaran Rescue Boat Race  

Tingkat Nasional Tahun 2017

3. Surat Undangan Padjadjaran Rescue Boat Race  

Tingkat Nasional Tahun 2017



  

Terima Kasih telah mengunjungi Blog Kami, ditunggu Partisipasinya😊...

                                                                                     

0 komentar:

Copyright © 2013 Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon II Universitas Padjadjaran